Suhu pada Manusia

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
“ PENGUKURAN SUHU MANUSIA ”





 




                    













            NAMA           : JAHROTUL JANNAH
                                                NIM                    : 130210103009
                                                KELOMPOK    :1





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

                                                                                                                        
I.                   JUDUL
Pengukuran Suhu Manusia
II.                 JUDUL
1.      Untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup homoiothermal.
III.             DASAR TEORI
Makhluk hidup homoiothermal adalah makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh tempertur sekitar. Hal ini terjadi karena adanya mekanisme pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf otonom. Disamping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walaupun masih belum jelas peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis ( produksi panas ) dengan thermolisis ( pembuangan panas) ( Tim Dosen Pembina, 2013: 27 ).
Produksi panas panas tergantung pada dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja otot,  menggigil, dan lain-lain. Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan, dan sebagian melalui feses dan urin ( Tim Dosen Pembina, 2013: 27 ).
Konduksi adalah perubahan panas tubuh makhluk hidup homoithermal karena adanya kontak dengan benda lain. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari elektromagnetik. Radiasi dapat mentransfer panas antar objek yang tidak kontak secara langsung. Penguapan adalah proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditransformasikan dalam bentuk gas.Hipotalamus dalam otak mengatur suhu tubuh. Hipotalamus merupakan organ yang menentukan poin pasti, mendeteksi perubahan suhu dan mengaktifkan mekanisme untuk memperbaiki penyimpangan suhu tetap dalam tubuh dan semua mekanisme pengendalian suhu. Hipotalamus umumnya mengedalikan mekanisme pemanasan dan pendinginan kita dengan efiensi sehingga individu yang tak berpakaian mampu bertahan sampai beberapa jam dalam suhu kering serendah 10 C dan setinggi 65 C ( Cree, 2005: 19 ).
         Mekanisme pengaturan panas adalah menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuang panas). Temperatur tubuh normal sekitar 36oC. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap(Koplewich, 2005 : 67).


                     Pada orang sehat yang beristirahat:
·         Rata-rata suhu tubuh oral antara 36,6  dan 37,0 .
·         Suhu aksila biasanya 0,6 lebih rendah dari suhu oral.
·         Suhu timpani dipandang sangat mendekati suhu inti tubuh ( 36,8 -37,9  ).
·         Suhu rektal biasanya sekitar 0,6  lebih tinggi dari suhu oral. Nilai ini dipertimbangkan paling akurat dari empat cara ini karena paling mendekati suhu inti tubuh dan tidak begitu rentan terhadap faktor eksternal ( Cree, 2005: 17 ).


Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
·         Waktu dalam sehari, suhu tubuh orang normal dewsa memiliki pola teratur yang berlainan setiap harinya sampai plus atau minus 0,5 C, sementara semua hal yang lain tetap sama. Suhu tubuh seseorang biasanya mencapai titik terendah ketika sedang tidur, terutama menjelang dini hari,
·         Pada perempuan, suhu tubuh normalnya berlainan akibat adanya perubahan hormonal yang berkaitan dengan siklus menstruasi dengan kisaran 1 Penurunan tajam pada suhu, biasanya sampai 0,6  biasanya tampak beberapa hari sebelum ovulasi dan 0,2  lagi tepat sebelum ovulasi,
·         Usia, anak-anak umumnya memiliki suhu oral/timpani dan suhu dubur yang lebih tinggi ( 37,5 -38,0  ) dari orang dewasa, sementara lansia memiliki suhu oral/timpani sekitar 36,3 -36,4 ,
·         Faktor seperti pajanan lama terhadap suhu udara yang tinggi ataupun rendah, demam, stres emosional, beberapa penyakit demam, dan aktivitas/olahraga. ( Cree, 2005: 18 ).
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
·         Kecepatanmetabolisme basal
·         Hormon pertumbuhan,
·         Hormon tiroid,
·         Hormon kelamin,
·         Status gizi,
·         Aktivitas,
·         Lingkungan,
·         Usia,
·         Demam ( Soewolo, 2000: 76 ).
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti ( core temperature ), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan sekitar 37 . Selain itu ja suhu permukaan tubuh ( surface temperature ), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20 C sampai 40  ( Guiton,1993: 123 ).
Kedinginan merupakan serangan menggigil yang disertai dengan dan sensasi dingin dan pucatnya kulit. Ada beberapa faktor, misalnya infeksi, yang menyebabkan peningkatan tiba-tiba poin pasti atau lingkungan termostat tubuh ( Cree, 2005: 29 ).

Suhu tubuh dapat meningkat melalui mekanisme, seperti :
·         Vaskonstriksi dalam kulit, proses ini merupakan konstriksi dari pembuluh darah yang sangat halus yang menembus kulit.
·         Stimulasi simpatis metabolisme, sel tubuh dapat meningkatkan laju produksi panas untuk menjawab sinyal yang sdiberikan sistem saraf atau sebagai respons terhadap tingginya kadar adrenalin dan nonadrenalin dari dalam darah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan panas sekitar 10% sampai 15% pada orang dewasa dan sampai 100% pada bayi.
·         Merinding ( piloereksi ), pada manusia, mekanisme ini tampaknya tidak seefisien pada binatang berbulu tetapi memiliki efek yang dapat menutup lapisan udar yang bertindak sebagai insulator dan mengurangi kehilangan panas.
·         Menggigil, kondisi ini muncul akibat peningkatan tonus otot pada otot rangka tubuh. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas sampai empat atau lima kali nilai normalnya.
·         Peningkatan hormon tiroid, aktivitas hormon dapat menyebabkan peningkatan produksi tiroksin yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler tubuh secara keseluruhan. Proses ini biasanya memerlukan waktu sampai beberapa minggu seperti halnya proses adaptasi pada lingkungan ( Cree, 2005: 20-21 ).
Suhu tubuh akan berkurang, apabila:
·         Vasodilatasi, proses ini dapat meningkatkan diameter pembuluh darah pada kulit. Proses ini dikendalikan oleh hipotalamus dan mempengaruhi hampir semua bagian tubuh. Akibatnya, laju penghantaran panas ke kulit akan meningkat sampai delapan kalinya. Kondisi tersebut akan membekali tubuh dengan suatu proses pendinginan yang sangat efektif.
·         Berkeringat, Proses ini dimulai oleh kerja saraf simpatis atau kerja hormon, baik adrenalin ataupun nonadrenalin, atau oleh kelenjar keringat dalam kulit di seluruh tubuh. Efek pendinginan dari keringat ini akan tercapai jika tubuh memasok panas yang diperlukan dalam penguapan. Penguapan 1500 ml keringat per jam dapat mengeluarka panas tubuh sebesar lebih dari sepuluh kali laju produksi panas basal yang normal ( Cree, 2005: 21 ).


VI. METODOLOGI PRAKTIKUM
·         Alat
a.       Termometer klinis
b.      Handuk/lap bersih

·         Bahan
a.       Kapas steril
b.      Alkohol 70%
c.       Air es

V. Cara Kerja
1. Mengukur suhu badan/tubuh melalui ketiak






2.      Mengukur suhu oral/mulut
3.      Mengukur suhu oral dengan probandus bernapas dengan mulut
4.      Mengukur suhu oral setelah berkumur dengan air es



VI. Hasil Pengamatan
1.                  Hasil Pengamatan
Nama probandus
Jenis kelamin
Umur
BB
TB
P1 10 Menit
P2
P3
P4
5 menit
10 menit
5 menit
10 menit
Yanuar
L
18
85
166
37,3
37
37
36,6
36,8
37
Marisa
P
18
55
156
36,7
36,3
36,4
35,5
35,8
36,5
Ratih
P
18
47
159
37,2
37
37
36,5
37.1
37
Andy
L
19
59
172
37
36,8
36,9
36,8
36,9
36,9
Habib
L
18
54
163
37
37
37
36,8
36,9
37
Fariz
L
17
55.5
171
36,9
36.9
36,7
35,9
36,7
36,7

Keterangan:
P1=Mulut tanpa pelakuan
P2=Mulut dengan  Bernafas
P3=Mulut Setelah Berkumur Air Es
P4=Ketiak
BB=Berat Badan
TB=Tinggi Badan

VII. PEMBAHASAN
Pada probandus yang telah dilakukan terhadap enam probandus yang terdiri dari dua perempuan dan empat laki-laki. Data suhu yang diukur melalui ketiak, suhu oral/mulut dengan nafas biasa, suhu oral dengan bernafas menggunakan mulut, dan suhu oral yang setelah berkumur dengan air es.
Pengukuran suhu dilakukan terhadap kulit badan yang sedikit berhubungan dengan udara luar karena temperaturnya mendekati temperatur atau suhu inti tubuh atau dengan kata lain suhu atau temperaturnya hanya sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar.
Pada probandus yang pertama dari kelompok kami yaitu Yanuar Saputra dengan beberapa perlakuan pada tubuhnya. Yang pertama pengukuran suhu  badan dilakukan dengan menggunakan alat berupa termometer yang dimasukkan di bawah lidah tanpa perlakuan dengan sebelumnya menurunkan suhu hingga 35 . Untuk 10 menit dilakukan pembacaan pada skala termometer menunjukkan  3 . Selanjutnya percobaan dilakukan dengan alat termometer yang ditaruh di bawah lidah dengan bernafas. Untuk setiap 5 menit dilakukan pembacaan skala, 5 menit pertama suhu menunjukkan 37  dan 5 menit selanjutnya suhu sama. Percobaan yang ketiga yaitu berkumur dengan air es selama 1 menit dan memasukkan alat termometer dibawah lidah. Untuk setiap 5 menit dilakukan pembacaan skala, 5 menit pertama suhunya 36,6  dan suhu kedua 36,8  mengalami kenaikan dan perlakuan yang terakhir yaitu di ketiak selama 10 menit suhunya menunjukkan 37 . Suhu di ketiak dengan suhu dimulut tanpa perlakuan oleh probandus yang pertama ialah lebih panas suhu di mulut tanpa perlakuan.
Dari data tabel hasil pengamatan dari setiap kelompok dengan probandus berbeda yang diperoleh dalam praktikum, diketahui bahwa suhu tubuh setiap probandus berbeda. Suhu tubuh antara probandus yang bejenis kelamin  laki-laki dan perempuan rata-rata lebih tinggi probandus yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan oleh aktivitas hormon kelamin. Hormon kelamin laki-laki dapat meningkat metabolisme basal kira-kira 10%-15% kecepatan normal, oleh karena kecepatan metabolismenya meningkat maka produksi panas dalam tubuh akan meningkat. Sedangkan pada perempuan peningkatan suhu tubuh hanya terjadi ketika hormon progesteron saat ovulasi dan fluktuasi suhu tubuh perempuan lebih bervariasi.
Selain dari pengaruh hormon kelamin dan jenis kelamin, hal yang berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh manusia adalah berat badan atau status gizi. Tetapi dari data hasil pengamatan rata-rata suhunya sama. Padahal seharusnya tubuh probandus yang berat badannya kecil, suhunya akan kecil pula karena sedikit mengandung lemak. Individu dengan lapisan lemak tebal cenderng tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang baik, dan lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan lain.
Hormon pertumbuhan atau tinggi badan juga berpengaruh pada suhu tubuh. Hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme yang akhirnya meningkatkan produksi panas tubuh meningkat. Dari data yang diperoleh, terlihat dari probandus yang tinggi badannya lebih tinggi memiliki suhu yang lebih tinggi.
Usia atau umur juga mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga berpengaruh pula terhadap suhu tubuh. Pada makhluk hidup yang masih muda metabolisme cenderung lebih cepat daripada mahklk hidup yang lebih tua, sehingga suhu tubuh individu yang masih muda akan cenderung lebih tinggi daripada individu yang lebih tua. Namun umur hanya sedikit mempengaruhi metabolisme tubuh. Dari data yang diperoleh umur 18 tahun dan 19 tahun rata-rata suhunya hampir sama.
Dari percobaan menggunakan mulut biasa  rata-rata semua probandus suhunya berbeda ada yang kurang ada juga yang melebihi normal yaitu antara 35,7 -37,2 . Saat percobaan dengan mulut sambil bernafas ada suhunya yang menurun  dan ada suhu yang tetap itu dikarenakan adanya pengaruh suhu dilingkungannya. Pengukuran suhu dengan menggunakan mulut setelah brrkumur umumnya suhunya normal, tapi ada salah satu probandus yang suhunya kurang dari 36  yaitu hanya 35,8 , itu mungkin karena probandus saat mengusap keringat kurang bersih sehingga suhu tubuhnya berkurang, karena keringat mengeluarkan panas tubuh. Rata-rata pada saat pengukuran menggunaka ketiak semua probandus suhunya turun, itu karena adanya keringat di ketiak. Saat menggunakan mulut dan berkumur dengan air es rata-rata suhunya menurun, itu dikarenakan adanya pengaruh di lingkungannya yang menyebabkan suhu menurun.
Usia, berat badan , tinggi ini merupakan faktor yang mempengaruhi metabolisme tubuh dan metabolisme tubuh yang mempengaruhi suhu tubuh. Dan lingkungan sedikit berpengaruh terhadap suhu tubuh ini dapat dilihat suhu menurun ketika mulut berkumur-kumur dengan air es dan saat mulut bernapas.
            Suhu antara ketiak dengan mulut yang tanpa  bernapas lebih panas suhu yang di mulut tanpa bernapas setiap probandus berbeda ada yang tetap dan adayang menurun, tetapi banyak yang menurun.hal ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan dan kemungkinan adanya kesalahan ketika melakukan praktikum, misalnya :
         Ketika digunakan skala pada termometer belum di atur atau diturunkan hingga kurang lebih 35
         Pengukuran suhu tubuh yang tidak maksimal
         Probandus tidak duduk dengan tenang
         Kesalahan paralaks, yaitu cara pandang dalam menentukan skala baca termometer
         Kesalahan atau adanya kerusakan pada alat yang digunakan sehingga tidak bekerja secara maksimal.









VIII. Penutup
8.1 Kesimpulan
·         Suhu tubuh manusia termasuk dalam golongan makhluk hidup yang homoiothermal atau makhluk hidup yang suhunya sedikit sekli dipengaruhi oleh temperatur  lingkungan, dengan suhu normal berkisar 36 -37 . Pengukuran dilakukan terhadap bagian tubuh yang sedikit terpapar dengan lingkungan agar mendapatkan suhu tubuh yang mendekati suhu tubuh inti, yaitu melalui mulut dan ketiak. Suhu tubuh berfluktuasi setiap saat karena beberapa saat karena beberapa faktor diantaranya, umur, berat badan, status gizi yang dilihat dari berat badan dan lingkungan.
8.2 Saran
1. Hati-hati pada saat melakukan praktikum.
2. Perhatikan penjelasan dari asisiten saat melakukan praktikum supaya tidak bingung saat melakukan praktikum.















Daftar Pustaka
Cree, Laurie & Rishmille, Sandra. 2005. Sains dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Guiton, D. C. 1993. Fisologi Hewan Edisi 2. Jakarta: EGC
Soewolo. 2000. Fisiologi Manusia. Jakarta: PPGSM
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Suhu pada Manusia"

Post a Comment